Selayang Pandang Pemikiran Fromm Tentang Cinta dan Alienasi
Oleh : Syaifudin
Erich Fromm melihat bahwa manusia adalah makhluk yang teralienasi.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan manusia mengontrol sosialitas
kerja dan ilmu pengetahuannya. Alienasi juga terjadi karena kesadaran
akan kenyataan bahwa dirinya terpisah dari alam, berbeda dengan yang
lain. Meskipun manusia makhluk yang teralienasi karena keterpisahannya
dengan alam, tidak berarti manusia adalah makhluk yang terlempar tanpa
pencipta.
Menurut Fromm, manusia adalah makhluk yang tidak
hadir dengan sendirinya. Ia diciptakan atas hasil sebuah kreasi dan
Tuhan adalah kreatornya. Bahkan, sebagai makhluk yang dicipta, manusia
memiliki tingkat misteri yang hampir sama dengan Tuhan. Manusia dengan
demikian adalah citra Tuhan di bumi ini yang sebaiknya membawa perubahan
ke arah yang lebih baik.
Fromm menunjukkan bahwa secara
eksistensi manusia adalah makhluk yang bersendiri, ia bebas menentukan
dirinya, ia sadar bahwa ia terpisah dari alam. Kesadaran ini
mengharuskannya membangun relasi dengan manusia lain. Namun secara
eksistensi pula manusia sebenarnya ada bersama, bahkan ketika lahir pun
ia tidak sendiri. Oleh karena itu, sendiri yang dimaksud adalah sendiri
dalam kesadaran dan kebebasan; tetapi berelasi pula dengan kesadaran,
karena kesadaran mengharuskan berelasi.
Melalui cinta,
Fromm membuktikan bahwa kebutuhan akan relasi pada manusia merupakan
kebutuhan yang tak terelakkan. Cinta menjadi hubungan yang paling
mendasar. Cinta menyadarkan aku pada diriku dan aku pada engkau, bahwa
aku membutuhkan engkau untuk mengaktualkan diriku. Pada relasi yang
lebih tinggi, aku mewarisi kualitas Tuhan dalam diriku. Fromm juga
menunjukkan bahwa cinta hanya ada pada orang yang berkepribadian matang,
yakni cinta dengan nalar menjadi dan produktif.