Jumat, 02 Oktober 2009

Sekilas Teori Strukturasi Anthony Giddens

Sekilas Teori Strukturasi Anthony Giddens

Oleh: Syaifudin


Giddens lahir 18 Januari 1938, Ia menempuh pendidikan di Universitas Hull, di The London School of Economics dan di Universitas London. Pada tahun 1961 ia diangkat menjadi menjadi dosen di Universitas Leicester. Karya awalnya bersifat empiris dan memusatkan perhatian pada masalah bunuh diri. Tahun 1969, ia beralih jabatan menjadi dosen sosiologi di Universitas Cambridge dan sebagai anggota King’s College. Ia terlibat dalam studi tentang percampuran kultur, menghasilkan bukunya yang pertama yang mencapai penghargaan internasional, berjudul The Class Structure of Advanced Societies (1975). Selama dekade berikutnya, ia menerbitkan sejumlah karya teoritis penting. Dalam karya-karyanya itu selangkah demi selangkah ia mulai membangun perspektif teoretisnya sendiri, yang terkenal sebagai teori strukturasi. Tahun 1984 karya Giddens mencapai puncaknya dengan terbitnya buku The Constitution of Society: Outline of the Theory of Society, yang merupakan pernyataan perspektif tunggal terpenting tentang perspektif teoritis Giddens. Tahun 1985 ia diangkat menjadi Profesor Sosiologi di Universitas Cambridge.
Giddens berpengaruh dalam teori sosiologi lebih dari dua dekade. Ia pun berperan penting dalam membentuk sosiologi Inggris masa kini. Salah satunya, ia menjadi konsultan editor dua perusahaan penerbitan –Macmillan dan Hutchinson. Lebih penting lagi, ia adalah salah seorang pendiri Polity Press, sebuah perusahaan penerbitan yang sangat aktif dan berpengaruh terutama dalam teori sosiologi. Giddens menerbitkan Sociology (1987), sebuah buku-ajar yang ditulisnya menurut gaya Amerika, yang mencapai sukses diseluruh dunia.
Sebagai teoritisi, Giddens sangat berpengaruh terutama di AS maupun di berbagai bagian dunia lain. Karyanya sering agak kurang diterima dinegerinya sendiri (Inggris), dibandingkan dengan dibagian dunia lain. Hal ini disebabkan sebagian oleh kenyataan bahwa ia telah berhasil memenangkan perlombaan mendapat pengikut teoritis diseluruh dunia yang telah dicoba mencapainya oleh kebanyakan teoritis sosial Inggris lain dan gagal. Seperti dikatakan Craib,”Giddens-lah kiranya menyadari fantasi kebanyakan kita, yang menyatakan pendapat kita sendiri ke dalam sosiologi selama periode perdebatan yang bersemangat dan menggairahkan ketika dikembangkannya teori strukturasi”
Sekitar tahun 1980, karir Gidden mengalami serangkaian perubahan. Beberapa taahun terapi memberikan ketertarikan yang lebih besar terhadap kehidupan personal dan buku-buku seperti Modernity and Self-Identity (1991) dan The Transformation of Intimacy  (1992). Terapi juga memberikan kepercayaan diri untuk menjalankan peran publik serta menjadi salah seorang penasehat Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Pada 1997 Giddens menjabat menjabat sebagai direktur London School of Economic (LSE)>

Teori strukturasi
Teori strukturasi mengulas tentang agen struktur. Dalam teori ini ada pengaruh Marxian dan melihat The Constitution of Society sebagai cerminan dictum integratif yang melekat dalam pemikiran Marx. Teori marx ini bagi Giddens hanyalah salah satu masukan bagi teorinya. Yang mana teori strukturasi ini masukan dari berbagai teori tidak terbatas dari teori Marx.
Antara fungsionalisme dan strukturalisme memiliki beberapa kemiripan yang jelas, meski ada pertentangan yang menyolok diantara kedua faham tersebut. Keduanya cenderung mengekspresikan sudut pandang naturalistic dan menuju ke obyektivisme. Strukturalisme dan fungsionalisme menekankan keunggulan keutuhan sosial atas bagian-bagian individualnya (yakni aktor-aktor kostituennya, subyek-subyek manusia). Dalam sosiologi interpretatif, tindakan dan makna disesuaikan dengan keunggulan pada penjelasan perilaku manusia, konsep-konsep strukturalis tidak begitu penting dan tidak banyak berbicara tentang kendala. Namun bagi fungsionalisme dan strukturalisme, struktur (dalam pengertian yang luas yang diberikan pada konsep itu) memiliki keunggulan dibandingkan tindakan dan kualitas-kualitas pembatas struktur benar-benar diberi penekanan
Teori Strukturasi memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen dan struktur keduanya. Antara agen dan struktur tidak dapat dipisahkan, menurut Giddens antara agen dan struktur seperti dua mata uang logam. Keduanya memiki hubungan dwi rangkap.
Titik tolak analisisnya adalah tindakan manusia, aktivitas “bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus menerus mereka ciptakan-ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor di dalam dan melalui aktivitas mereka, agen menciptakan kondisi yang memungkinkan aktivitas ini berlangsung”. Aktivitas tidak dihasilkan melalui kesadaran, melalui konstruksi tentang realitas, atau tidak diciptakan oleh struktur sosial. Dalam menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor, orang terlibat dalam praktik sosial dan melalui praktik sosial itulah baik kesadaran maupun struktur diciptakan. Gidden memusatkan pada kesadaran atau refleksivitas. Dalam merenung (reflexive) manusia tak hanya merenungi diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor aliran terus-menerus dari aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens memusatkan perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan kesadaran diciptakan. Jadi, Giddens menjelaskan masalah agen-struktur secara historis, processual, dan dinamis.
Tidak hanya aktor yang refleksif, tetapi peneliti sosial yang mempelajari masalah agen dan struktur ini juga demikian. Pemikiran ini membawa Giddens ke gagasannya tentang “hermeneutika ganda”. Baik aktor sosial maupun sosiolog menggunakan bahasa. Aktor sosial menggunakan bahasa untuk menerangkan apa yang mereka kerjakan dan sosiolog menggunakan bahasa untuk menerangkan tindakan aktor sosial.
Dalam The Constitution of Society, Giddens menekankan peran onterpretasi dan sistem makna dalam hidup manusia. Manusia adalah subjek dan pelaku sebagai dualitas yang saling mendukung. Manusia adalah subjek yang aktif dan kreatif. Giddens menlak pendapat bahwa manusia adalah boneka ciptaan aturan-aturan dan struktur-struktur eksternal. Menurutnya struktur berada diluar individu. Struktur memiliki keberadaan yang sebenarnya dalam pola-pola pikir, berisi aturan-aturan dan sumber-sumber (pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan praktis) yang diperoleh seseorang melalui sosialisasi. Struktur sebagai medium dan hasil dari tindakan.
Struktur menjadi medium karena seseorang tidak dapat bertindak tanpa kemampuan dan pengetahuan yang sudah terbatinkan. Struktur menjadi hasil karena pola budaya yang luas direproduksi ketika digunakan. Strukturalisasi menangkap gambaran tentang hidup sisal sebagai proses timbal balik antara tindakan-tindakan individual dan kekuatan-kekuatan sosial.[1]
Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah pengalaman  aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas kemasyarakatan, melainkan praktik-praktik sosial yang terjadi di sepanjang ruang dan waktu[2]. Aktivitas sosial memiliki tujuan bahwa aktivitas-aktivitas sosial tidak dilaksanakan oleh aktor sosial melainkan secara terus menerus mereka ciptakan melalui alat-alat yang digunakan untuk mengekspresikan dirinya sendiri sebagari aktor.

Agen
Dalam teori strukturasi, si agen atau aktor memiliki tiga tingkatan kesadaran:
1.   Kesadaran diskursif (discursive consciousness). Yaitu, apa yang mampu dikatakan atau diberi ekspresi verbal oleh para aktor, tentag kondisi-kondisi sosial, khususnya tentang kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Kesadaran diskursif adalaha suatu kemawasdirian (awareness) yang memiliki bentuk diskursif.
2.   Kesadaran praktis (practical consciousness). Yaitu, apa ang aktor diketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial dari tindakannya sendiri. Namum hal itu tidak bisa diekspresikan si aktor secara diskursif. Bedanya dengan kasus ketidaksadaran (unconscious) adalah, tidak ada tabir represi yang menutupi kesadaran praktis.
3.   Motif atau kognisi tak sadar (unconscious motives/cognition). Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode) tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung dilandaskan pada motivasi tertentu.
Giddens memberikan penekanan terhadap agen. Menurutnya agen mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam kehidupan sosial dan agen tidak berarti apa-apa tanpa kekuasaan yang artinya aktor berhenti menjadi agen bila ia kehilangan kemampuan untuk menciptakan pertentangan. Dalam aktor Giddens mengakuai adanya paksaan atau pembatas terhadap aktor, tetapi tidak berarti bahwa aktor tidak mempunyai pilihan dan tidak mempunyai peluang untuk membuat pertentangan.
Dalam agensi seringkali ada anggapan bahwa agensi manusia hanya bisa ditetapkan berdasarkan maksud-maksud, yang artinya agar sebuah perilaku bisa dianggap sebagai tindakan, siapa pun yang melakukannya harus bermaksud melakukan  tindakan itu, jika tidak maka perilaku itu hanyalah sekedar respons reaktif semata. Hal ini didukung oleh fakta bahwa ada sejumlah tindakan yang tidak bisa terjadi kecuali jika si agen memang ingin melakukan tindakan itu.
Bentuk refleksif jangkauan pengetahuan pelaku-pelaku/agen-agen manusialah yang paling banyak terlibat dalam penataan rekursif praktek-praktek sosial. Kesinambungan praktek-praktek menduga adanya refleksivitas, namun pada gilirannya refleksivitas itu hanya mungkin terwujud bila ada kesinambungan praktek-praktek yang membuatnya jelas ‘sama’ disepanjang ruang dan waktu. Oleh karena itu, ‘refleksivitas’ hendaknya dipahami tidak hanya sebagai ‘kesadaran diri’ melainkan sebagai sifat arus kehidupan sosial yang sedang berlangsung yang senantiasa dimonitor.  Menjadi manusia berarti menjadi agen pelaku bertujuan, yang keduanya memiliki alasan-alasan atas atifitas-aktifitasnya dan mampu, jika diminta untuk menguraikannya secara berulang alasan-alasan itu (termasuk berbohong mengenai alasan-alasan itu). Refleksivitas adalah dasar introspeksi monitoring secara terus menerus terhadap tindakan yang ditampilkan manusia dan juga diharapkan dapat diperlihatkan kepada orang lain. introspeksi dan mawas diri (reflexsive monitoring of action) tergantung pada rasionalisasi.
Aktor-aktor tidak hanya senantiasa memonitor arus aktivitas-aktivitas dan mengharapkan orang lain berbuatyang sama dengan aktifitasnya sendiri, mereka juga secara rutin memonitor aspek-aspek, baik sosial maupun fisik konteks tempat bergerak dirinya sendiri. Rasionalisasi tindakan adalah behwa para aktor juga secara rutin dan kebanyakan tanpa banya percekcokan mempertahankan suatu ‘pemahaman teoritis’ yang terus menerus atas dasar-dasar aktifitasnya. Suatu ontology ruang-waktu sebagai  penentu praktek-praktek sosial bersifat mendasar bagi konsepsi strukturasi, dimulai dari temporalitas dan dengan demikian dalam satu pengertian disebut ‘sejarah’.
Menurut Giddens tidak ada pembedaan antara kesadaran praktis dan kesadaran diskursif yaitu pembedaan yang kaku dan tidak bisa dibelokan. Sebaliknya pembagian antara kedua jenis kesadaran itu bisa diubah oleh banyak aspek sosialisasi dan pengalaman belajar agen. Antara kesadaran praktif dan diskursif tidak ada batasan, hanya ada perbedaan-perbedaan antara apa yang dapat dikatakan dan apa yang secara khas dapat dilakukan. Ada hambatana-hambatan yang berpusat pada represi, antara kesadaran diskursif dan alam bawah sadar. Giddens menawarkan konsep tersebut sebagai pengganti tri tunggal psikoanalitis Freud.
Sebagian filsuf telah menyatakan bahwa agar suatu peristiwa ang melibatkan manusia dianggap sebagai contoh agensi, paling tidak apa yang dilakukan orang itu bersifat sengaja dalam beberapa deskripsi, biarpun pelaku itu salah dalam memahami deskripsi tersebut. Hakikat logis hubungan logis antara tindakan dan kekuasaan. Ada dugaan bahwa menjadi agen berarti harus mampu menggunakan gugusan kekuasaan kausal, termasuk mempengaruhi kekuasaan-kekuasaan yang disebarkan orang lain. suatu tindakan tergantung pada kemampuan individu dalam ‘mempengaruhi’ keadaan atau rangkaian peristiwa yang ada sebelumnya. Agen tidak dapat berbuat seperti itu jika dia kehilangan kemampuan ‘mempengaruhi’yakni, mekasanakan kekuasaan semacam itu.

Struktur dan strukturasi
Dinyatakan struktur sebagai ‘aturan’ dan sumberdaya, dengan kata lain struktur sebagai perangkat aturan dan sumberdaya menghasilkan resiko tertentu yang jelas, yakni kesalah interpretasi yang disebabkan adanya dominasi penggunaan istilah ‘aturan’ tertentu dalam literature filsafat:
1.   Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan, sebagai preskipsi yang diformalkan.
2.   Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang tunggal, seakan dapat dikaitkan dengan kekhususan perilaku tertentu.
3.   Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya sumberdaya.
4.   Aturan menyiratkan prosedur-prosedur metodis onteraksi sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel.
5.   Aturan memiliki dua aspek yang perlu dibedakan secara konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat (seperti Winch) cenderung menggabungkan dua aspek tersebut.
Konsep tentang sistem dan strukturasi akan lebih banyak berperan karena ‘struktur’lah yang biasa menggunakannya. Giddens membedakan ‘struktur’ sebagai sebuah istilah umum dari ‘struktur-struktur’ dalam bentuk jamaknya dan membedakan keduanya dari kelengkapan-kelengkapan struktural dari sistem-sistem sosial. ‘Struktur’ tidak hanya mengacu pada aturan-aturan yang dilibatkan dalam produksi dan reproduksi sistem-sistem sosial, namun juga pada sumber daya-sumber daya. Sebagaimana pemakaian lazimnya dalam ilmu-ilmu sosial, struktur cenderung digunakan bersama-sama dengan aspek-aspek sosial yang dianggap lebih mapan. Aspek-aspek terpenting dari struktur adalah aturan dan sumber daya-sumber daya yang terlibat secara rutin dalam institusi-institusi. Institusi-institusi sendiri adalah bagian-bagian mapan dari kehidupan sosial.

Dualitas struktur
Salah satu proposisi utama teori strukturasi adalah bahwa aturan dan sumberdaya yang digunakan dalam produksi dan reprduksi tindakan sosial sekaligus merupakan alat reproduksi sistem (dualitas struktur).
Yang dimaksud dengan dualitas struktur adalah sifat dasar kehidupan sosial yang selalu berulang, sebagai yang tertanam atau tercermin dalam praktif-praktik sosial: struktur merupakan sarana sekaligus hasil dari reproduksi praktik. Struktur masuk secara simultan ke dalam konstitusi pelaku dan praktik sosial, sekaligus ‘hadir’ didalam momen-momen pembangkit konstitusi tersebut. [3]
Struktur, sebagai perangkat aturan dan sumberdaya yang diorganisasikan secara rekursif, berada diluar ruang dan waktu, disimpan dalam koordinasi dan kesegarannya sebagai jejak-jejak memori dan ditandai oleh ‘ketiadaan subyek’. Sistem sosial tempat disiratkannya secara rekursif struktur terdiri dari aktivitas-aktivitas agen manusia dalam situasi tertentu, yang direproduksi dalam ruang dan waktu. Menganalisis strukturasi sistem sosial tempat disiratkannya secara rekursif struktur terdiri dari aktivitas-aktivitas utama aktor-aktor ditempat tertentu menggunakan aturan-aturan dan sumberdaya-sumber daya dalam konteks tindakan yang beraneka ragam.
Pembentukan agen-agen dan struktur-struktur bukanlah dua gugus fenomena tertentu yang saling terpisah, yakni dualisme, melainkan menggambarkan suatu dualitas. Menurut dualitas struktur, sifat-sifat struktural sistem sosial keduanya merupakan media dan hasil praktek-praktek yang diorganisasikan secara rekursif. Struktur tidak bersifat ‘eksternal’ bagi individu-individu: sebagai jejak-jejak memori, dan seperti yang diwujudkan dalam praktek-praktek sosial, dalam pengertian tertentu ia lebih bersifat ‘internal’ bukannya eksternal bagi aktivitas-aktivitasnya dalam pengertian Durkheim. Struktur tidak disamakan dengan kekangan (constraint) namun selalu mengekang (contraining) dan membebaskan (enabling). Menurut teori strukturasi, saat memproduksi tindakan juga berarti saat melakukan reproduksi dalam konteks menjalani kehidupan sosial sehari-hari.
Dalam pandangan Giddens, terdapat sifat dualitas pada struktur. Yakni, struktur sebagai medium dan sekaligus sebagai hasil (outcome) dari tindakan-tindakan agen yang diorganisasikan secara berulang (recursively). Maka property-properti struktural dari suatu sistem sosial sebenarnya tidak berada diluar tindakan, namun sangat terkait dalam prduksi dan reproduksi tindakan-tindakan tersebut.
Struktur dan agensi (dengan tindakan-tindakannya) tidak dapat dipahami secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat, namun pada saat  yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi (constrained) oleh masyarakat.
Bentuk paling kasar pemikiran yang telah direalisasikan masih tetap tidak bisa menyentuh signifikansi dasar jangkauan pengetahuan aktor-aktor manusia, karena jangkauan pengetahuan ditentukan oleh kesadaran diskursif bukan kesadaran praktis.
Dualitas struktur selalu merupakan dasar utama kesinambungan dalam reproduksi sosial dalam ruang-waktu. Pada gilirannya hal ini mensyaratkan monitoring refleksif agen-agen dan sebagaimana dalam aktivitas sehari-hari. Arus suatu tindakan senantiasa menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan oleh aktor-aktor dan konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan itu mungkin juga membentuk kondisi-kondisi tindakan yang tidak diakui dalam suatu umpan balik. Meski sejarah manusia diciptakan oleh aktivitas-aktivitas yang disengaja, namun ia bukanlah suatu proyek yang diinginkan, sejarah manusia senantiasa menghindarkan usaha-usaha untuk menggiringnya agar tetap berada di jalur kesadaran.
Giddens melihat sentralitas waktu dan ruang, sebagai poros yang menggerakkan teori strukturasi dimana sentralitas waktu dan ruang menjadi kritik atas statik melawan dinamik maupun stabilitas melawan perubahan, waktu dan ruang merupakan unsur konstitutif tindakan dan pengorganisasian masyarakat. Hubungan waktu dan ruang bersifat kodrati dan menyangkut makna serta hakikat tindakan itu sendiri.
Tindakan yang disengaja (dengan tujuan tertentu sering mengakibatkan akibat yang tak diharapkan). Dualitas Struktur dan sentralitas waktu dan ruang adalah terbentuknya teori strukturasi dan berperan dalam menafsirkan kembali fenomena-fenomena modern, seperti negara-negara, globalisasi, ideologi, dan identitas. Teori strukturasi menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu mereproduksi struktur sosial – artinya individu dapat melakukan perubahan atas struktur sosial. Giddens berpandangan perubahan itu dapat terjadi bila agen dapat mengetahui gugus mana dari struktur yang bisa ia masuki dan dirubah, gugus tersebut antara lain gugus signifikansi, dominasi, dan legitimasi. 
 Dualitas antara struktur dan pelaku berlangsung sebagai berikut kita ambil pengertian struktur sebagai sarana prraktik sosial. Dalam perusahaan, tindakan tidak membuka komputer milik kayawan lain, menjaga kebersihan diri dan tempat kerja mengandaikan struktur penandaan tertentu, misalnya norma yang terdapat pada sebuah perusahaan tersebut yang menjadi praktik tindakan saling menghormati antar karyawan tersebut. Demikian pula penguasaan dan penggunaan aset finansial (ekonomi) atau pengontrolan majikan atas para buruh (politik) mengandaikan skemata dominasi. Pola yang sama juga berlaku ketika manajer memberi hukuman bagi karyawan yang melakukan kesalahan, pemberian sanksi ini merupakan struktur legitimasi. Struktur diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui tindakan-tindakan agen. Sedangkan tindakan-tindakan itu sendiri diberi bentuk yang bermakna (meaningful form) hanya melalui kerangka struktur.


Daftar Referensi
Giddens, Anthony. 2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial Aksi, struktur, dan kontradiksi dalam analisis sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ritzer, George, and Goodman ,J, Douglas. 2010. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Kencana.
Sutrisno, Mudji and Putranto, Hendar. 2005. Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius




[1]  Mudji Sutrisno and Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan..hal 187.
[2]  Anthony Giddens, Teori Strukturasi..
[3]  Anthony Giddens, Problematika Utama..hal. XViii