Kesadaran Tanpa Kata
Oleh: Syaifudin
Dua semesta. Dua manusia. Dua puisi dan dua kata. Mengalir seumpama kata. Mengisi tepi dan sudut rasa. Dalam setiap langkah. Hingga ke-dua-an menjadi satu.
Atas nama cinta manusia terlahir kedunia. Menjalani kehidupan yang begitu penuh misteri. Kita tidak tahu apa yang terjadi disetiap lengkung hidup kita kelak. Di sini aku mencoba menatap dunia dengan penuh impian. Mencari makna akan sebuah tujuan. Atas nama sabda alam yang selalu menemani diri ini dalam setiap jejak langkah.
Aku tidak tahu kelak aku akan bersandar dalam bantal tanah dan gelapnya dunia yang tidak aku kenal kapan. Aku bermimpi akan sebuah keluarga yang bahagia dan sebuah tatanan Negara yang berkeadilan. Tapi apakah itu akan terwujud?. Aku ingin tangisan air mata ini jatuh bersama senyum bangsaKu. Aku ingin jiwa ini terbang bersama kebenaran yang hakiki.
Hari –hari kulalui seperti air. Mengalir mengikuti irama arus. Bernyanyi dan berlari mengejar semua impian. Laksana kisah novel Sang Pemimpi. Tersenyum menatap kebenaran atas keagungan illahi dilembah kehidupan yang penuh tipu muslihat.
Tak terasa usia ini semakin berkurang, tinggal menanti waktu finalti dari sang khalik, namun sebelum itu tiba, Ku mohon Tuhan,,berikan aku waktu untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayangi dan ku cintai dahulu. Tuhan dalam proses panjang itu aku mohon diridhoi dan rahmati diri ini, serta bImbing langkah ini untuk tetap mengabdi kepadaMu.
Seperti halnya kata puisi adalah matahari kehidupan bagaikan pintu kepuasan dalam kekosongan pada tangga langit. Kesadaran tanpa kata adalah cara kita menghayati irama yang paling dalam.
Kelembutan dalam cinta adalah pertemuan dua jiwa menyatu dalam puisi.