Ditulis oleh : Christina Magdalena*
Syaifudin sebuah nama seorang pria kelahiran Jakarta, 10 Agustus 1988, merupakan mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta. Pria yang akrab disapa Udin ini memiliki perawakan berkulit putih, wajah berbentuk oval, dan rambut yang jarang tersisir serta kaca mata yang dipakai membuat Udin tampak terlihat tua dan seperti kutu buku.
Udin berasal dari keluarga yang memiliki keterbatasan materi dan dia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik keduanya telah bekerja sedangkan adik ketiganya masih duduk di bangku SMP. Ayahnya hanya seorang buruh bangunan yang tidak pernah mengecap dunia pendidikan sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Ketika itu tak banyak yang diharapkan oleh orang tua kepadanya, bisa lulus SMA saja sudah suatu kebanggan bagi orang tuanya. Tetapi keterbatasan materi yang dimiliki keluarga tak lantas membuat Udin menyerah pada nasib. Dia mampu merubuhkan dinding kemiskinan itu dengan optimisme dan keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya.
Udin memiliki kegemaran pada bidang sosial dan politik. Sejak di bangku SMP dia sangat senang mendengarkan diskusi serta perdebatan di televisi sesuai dengan bidang kegemarannya. Selain itu dia memiliki hobi membaca. Semenjak SMA Udin telah banyak mengikuti kegiatan intra dan ekstrakulikuler di sekolah, bahkan tak jarang dia mampu memenangkan berbagai perlombaan. Saat lulus SMA nasib kurang berpihak padanya karena dia harus menunda kuliahnya satu tahun dikarenakan kurangnya biaya. Meskipun demikian dia tidak kecewa dan terus melanjutkan kehidupannya. Dia pernah menjadi buruh bangunan, sales, berjualan dan lain-lain. Sampai pada akhirnya ingin mencoba SPMB untuk kedua kalinya dengan mencari universitas negeri dengan memperhatikan kemurahan dalam biaya.
Kelulusannya di Universitas Negeri Jakarta dengan program studi Pendidikan Sosiologi merupakan titik awal perjuangan mewujudkan impian yang diinginkan. Awal masuk kuliah dia tertarik sekali untuk terjun ke berbagai kegiatan mahasiswa yang dapat mengembangkan kemampuan dan ketertarikannya pada dunia pengetahuan yang luas.
Di gedung G tepatnya ,di LKM dan SIGMA TV, dia belajar mengenal karakter orang lain serta dapat menggembangkan kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. Udin merupakan tipe orang yang tenang dan lebih suka menyelesaikan segala sesuatu sendiri. Tetapi ternyata dibalik itu semua dia mampu menjadi anggota organisasi yang berprestasi. Cukup banyak hasil karya tulisan maupun film yang dia buat semenjak terjun berorganisasi. Misalnya saja kumpulan tulisan esai bersama LKM. Kemiskinan Jakarta. 2008, Capital Booklet.2008, Pocket Books of Public Speaking. 2009, Kumpulan tulisan esai bersama LKM. RESTORASI PENDIDIKAN INDONESIA: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya. 2010. Sedangkan karya film yang pernah ia buat bersama anggota Sigma TV seperti, Pengabdianku Pada Kebenaran. 2007, Sigma, gitar dan cinta. 2008, Koin.2009, dan Democracy Space. 2010.
Semenjak semester tiga dia mampu untuk tidak merepotkan orang tua dalam membiayai kuliah. Nasib kini berpihak kepadanya, berkat kemampuan dan semangat juang yang tinggi dalam menyelami liku-liku kehidupan dia mampu mendapatkan banyak kepercayaan dari orang lain. Seorang anak yang hanya berasal dari keluarga dengan segala keterbatasan materi, tetapi dia mampu menunjukkan bahwa dia bisa keluar dari keadaan tersebut. Dia bisa memperoleh beasiswa, dan kegemarannya terhadap menulis dapat turut membantu membiayai hidupnya. Selain itu juga, kini dia telah mengajar sebagai guru honorer di salah satu SMA Negeri dan SMP swasta yang ada di Jakarta. Selain itu, dia bekerja sebagai peneliti lepas, penulis lepas, dan layouter majalah. Untuk mendapatkan itu semua bukan semudah membalikkan telapak tangan butuh kerja keras di dalamnya. Dalam sehari waktu beristirahat hanya dapat dilakukan sekitar 3-4 jam dalam sehari.
Penghasilan yang didapat seorang pria muda berumur 21 tahun ini, selain dapat membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari, Udin dapat sedikit membantu keluarga seperti, membelikan beras untuk orangtuanya dan membelikan komputer bagi kedua adiknya dalam keperluan sekolah. Satu hal yang menarik dari perjalanan hidup pria ini, ternyata hingga saat ini orang tua Udin tidak tahu dimana dia berkuliah, yang mereka tahu anaknya berkuliah di universitas negeri. Segala aktivitas yang dilakukan tidak pernah dia bebankan kepada orang tua.
Di tengah segala kesibukannya, dia ingin membagikan segala ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada mahasiswa lainnya seperti pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial,dengan mendirikan Pusat Studi Mahasiswa (Pusdima). Organisasi ini dibuat untuk mewadahi minat mahasiswa dalam menulis, diskusi, dan melakukan penelitian. Obsesi Udin terhadap pengembangan pendidikan dan pengetahuan sosial sangat tinggi sekali. Dia mampu mempunyai ide-ide kreatif. Kegiatan lainnya yang pernah dia lakukan seperti pendiri kampung bocah ( Sekolah Alternatif ) di Pandeglang, Banten. 2009 bersama satu temannya, salah satu deklarator Ikatan Mahasiswa Peminat Ekologi Manusia Indonesia bersama perwakilan deklarator dari 7 Perguruan Tinggi di Indonesia, IPB, ITB, UNILA, UNDIP, UI, dan UGM.
Segala keberhasilan yang dapat diraih oleh Udin hingga saat ini merupakan buah manis dari kerja keras yang dilakukan. Tetapi ternyata di tengah buah manis yang didapatkannya ada satu hal yang terkadang membuat kepercayaan dirinya menurun satu tingkat, yaitu kemampuan berbahasa Inggris. Tahun 2008-2009 dia pernah ditawarkan dari lembaga pemerintah dan organisasi non pemerintah untuk pergi ke Singapura dan Malaysia untuk melakukan penelitian tentang gaya hidup konsumtif masyarakat dan pertukaran pelajar. Selain itu juga adanya tawaran
Kecewa pasti ada karena tidak semua mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan baik ini, tapi tak lantas membuat Udin patah semangat. Berbagai hal untuk meningkatkan kemampuannya berbahasa Inggris kini masih dilakukan secara otodidak saja, seperti misalnya saja mendengarkan lagu MP3 berbahasa Inggris, menonton film dalam teks bahasa Inggris, mencari teman orang luar negeri melalui dunia maya untuk melakukan komunikasi. Dengan keyakinan dan ketekunan yang dilakukan dia yakin bahwa dia dapat meningkatkan kemampuan dalam berbahasa inggris. Dulu itu dianggap kelemahan dalam dirinya, tapi kini menjadi motivasi untuk berusaha meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris.
* Tulisan Biografi Metodelogi Penelitian Sosial II ( Maret 2010 )
* Penulis merupakan Mahasiswi Sosiologi UNJ 2007
Email : christina_cihuy@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar