Selasa, 24 Agustus 2010

Mengukir Inspirasi dalam Tulisan

Mengukir Inspirasi dalam Tulisan
Oleh : Syaifudin

Menulis merupakan suatu proses transfer alam pikir kita dalam sebuah kata-kata, kemudian menjadi kalimat, lalu dirangkai menjadi sebuah paragraf, akhirnya jadilah sebuah tulisan yang kita ingingkan. Stephen R. Covey pernah mengatakan dalam bukunya, ” the 7 Habits of Highly Efective People ” bahwa apabila saya ingin mengubah keadaan, saya harus mengubah diri saya lebih dahulu, dan untuk mengubah diri saya secara kreatif, saya lebih dahulu harus mengubah persepsi saya ”.

Menulis haruslah dibarengi dengan sebuah persepsi rasa senang untuk menulis, bukan karena ada rasa terpaksa. Apakah tulisan kita sudah layak dibaca orang? Sudah layakkah kita menjadi penulis? Pertanyaan-pertanyaan itu sering kali muncul dalam benak kita. Ketika ingin mengurai kata-kata dalam sebuah buku atau selembar kertas. Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan itu terkadang pikiran kita mandek, tangan menjadi kaku untuk merangkai kata-kata, akhirnya kita tidak pede mempublikan tulisan kita pada orang lain, takut tidak dapat dipahami, takut dikritik, bahkan takut dicemooh orang lain.

Tidak ada orang yang tidak pantas untuk tidak menjadi penulis, setiap orang berpotensi untuk menjadi penulis, penulis apa saja sesuai dengan bakat atau keinginannya. Kalau orang yang sering berimajinasi dan mengungkapkan kata-katanya dengan bahasa yang indah, ia bisa menjadi penulis puisi, kalau ia sering mengamati lika-liku hidupnya atau hidup orang lain, ia bisa menjadi penulis cerpen, orang yang sering mengamati keadaan dengan kritis mungkin bakat menjadi kolumnis dan lain-lain. Artinya tidak ada orang yang tidak pantas untuk tidak menjadi penulis, asalkan punya kemauan, kesungguhan dan kerja keras, sehingga menulis menjadi kebiasaan.

Sthepen King tidak percaya, bahwa penulis bisa dibuat, baik oleh keadaan atau oleh keinginannya sendiri. Ia menjadi penulis, karena ada keinginan untuk menulis, dan ia lakukan setiap ada kesempatan untuk menulis, menulis apa saja, saat tangannya gatal dan inspirasinya mau muntah. Tumpahkanlah ide dan inspirasi itu dalam tulisan. Sebagaimana pesan J.K. Rowling, “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu ”.

Tentunya kebiasaan menulis tidaklah langsung jadi, tapi harus melalui tahapan-tahapan atau proses sehingga menjadikan menulis sebuah kebiasaan. Stephen R. Covey. mendivinisikan kebiasaan sebagai titik pertemuan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keinginan (desire). Ketika seseorang sudah mempunyai pengetahuan, informasi dan ide. Maka seringkali pengetahuan itu, ia ingin ungkapkan baik lisan atau tulisan, namun kebanyakan orang mengungkapkan idenya atau pengetahuaannya lewat lisan bukan tulisan.

Namun, jika ia ingin mengalihkan pada tulisan sebenarnya tidaklah terlalu sulit, asalkan ia berusaha untuk terus menulis sehingga menjadi skill, kalau sudah menjadi keterampilan maka ia akan mudah untuk menuliskan apa saja, karena ketika ada ide kemudian tidak di tuliskan ia merasa kurang nyaman. Kemudian ada keinginan yang kuat untuk menulis. Kalau seseorang mempunyai pengetahuan dan ia juga memiliki keterampilan namun tidak ada keinginan untuk menulis maka ia tidak akan pernah mencoret lembaran-lembaran putih itu menjadi ungkapan yang tertata rapi. Sehingga, ide-idenya lenyap ditelan masa.

Syarat untuk bisa menulis menurut Kuntowijoyo ada tiga; pertama menulis, kedua menulis, ketiga menulis. Untuk itu mulai saat ini jika kita kemana-mana bawalah buku bacaan, balpoin dan buku tulis atau note book untuk menumpahkan apa yang di dapat dari membaca, merenung, kontemplasi dan analisa, atau mungkin ada ide-ide yang bermunculan secara tiba-tiba saat kita sedang berpergian.


Tidak ada komentar: